PEMERINTAH Sulawesi Tengah mendata masyarakat yang berisiko stunting di provinsi itu berjumlah 141.996 jiwa. Penanganan diintensifkan.
Wakil Gubernur Sulteng Ma’mun Amir mengatakan, data terbaru yang dilaporkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) itu, menegaskan bahwa penanganan yang serius perlu dilakukan seluruh pihak. Agar, masyarakat yang tadinya berisiko tengkes tidak menjadi tengkes.
“Diperlukan koordinasi yang baik dalam menanggulangi masalah tersebut. Karena ini data se Sulteng,” terangnya, Minggu 3 Desember 2023.
Menurut Ma’mun, dalam penangannya seluruh pihak tidak hanya fokus pada pencegahan di tingkat balita, namun juga harus menyasar ibu balita di wilayah rawan tengkes sesuai data yang ada.
“Pencegahannya tentu dengan memberikan asupan gizi yang baik kepada ibu hamil dan balita,” tegasnya.
Ma’mun yang juga ketua tim percepatan penurunan stunting itu mengungkapkan, jika ibu hamil tidak diberi asupan gizi yang bagus, sangat berpotensi melahirkan anak stunting.
“Oleh karena itu pemberian gizi perlu diintensifkan. Dan kolaborasi seluruh pihak harus benar-benar berjalan,” tandasnya.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada balita secara nasional sebesar 21,6 %.
Angka itu masih berada di atas target RPJMN 2020-2024 yaitu 18,4 %.
Sementara data di Sulteng berada pada peringkat ketujuh, dengan prevalensi stunting sebesar 28,2 %. DatSaja