900.000 Warga Sipil Palestina Masih Bertahan di Gaza Utara Meski Dikepung Militer Israel

SEBANYAK 900.000 sipil hingga Selasa 7 November 2023, masih bertahan di utara dan Kota Gaza yang sudah dikepung Israel. Pasukan Pertahanan Israel () telah memerintahkan warga Palestina di Gaza utara untuk pergi ke selatan, dengan hanya memberi waktu empat jam saja.

Namun kenyataannya, militer Israel juga menggempur wilayah selatan Gaza. Serangan udara Israel di Kota Khan Younis dan Rafah terjadi pada Selasa, yang menewaskan sebanyak 23 orang.

“Mereka (Israel) menunjukkan kesewenang-wenangan kepada warga sipil, -anak, orang tua dan bayi,” ungkap Ahmed Ayesh korban selamat dari reruntuhan sebuah rumah di Khan Younis.

Ia mengatakan, sebanyak 11 orang di tempatnya diserang tewas.

Saat ia berbicara kepada wartawan, tim penyelamat tengah mencoba mengangkat seorang yang gadis yang terkubur sebagian tubuhnya di reruntuhan dengan peralatan seadanya.

Seorang warga Kota Gaza, Adam Fayez Zeyara mengatakan, perjalanan menuju ke selatan Gaza sangat berbahaya. “Kami melihat banyak tank- dari jarak dekat. Kami juga melihat mayat-mayat yang membusuk. Kami melihat kematian,” ungkapnya.

Militer Israel pada Rabu 8 November 2023, mengklaim pasukannya telah bergerak jauh ke dalam Kota Gaza. Tank-tank Israel sudah diposisikan di pinggiran kota untuk menyerbu pusat Kota Gaza.

Sejak dimulainya perang yang kini sudah memasuki bulan kedua, militer Israel telah memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk pindah ke selatan. Mereka juga mengumumkan jeda singkat, untuk warga sipil pergi ke selatan melalui jalur aman di Salah Al-Din.

Namun, perintah Israel tak diindahkan ratusan ribu warga sipil Gaza yang tetap tinggal di wilayah utara. Mereka kini banyak yang berlindung di atau fasilitas .

Para warga sipil mengaku, mereka tak bisa pergi ke selatan karena di daerah tersebut juga sudah padat penduduknya. Kemudian disana, pasokan air berkurang demikian juga makanan. Belum lagi bepergian ke selatan menjadi tak aman akibat gencarnya serangan udara Israel.

IDF mengklaim, mereka sempat mendapat serangan dari , saat mencoba membuka jalur yang aman untuk warga sipil. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan hal itu dalam wawancara dengan ABC News baru-baru ini.

“Kami sedang melawan musuh yang sangat brutal. Mereka menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, dan meskipun kami meminta warga sipil Palestina untuk meninggalkan zona perang, mereka (Hamas) mencegahnya dengan todongan senjata,” kata Netanyahu yang pernyataannya itu belum dapat diverifikasi kebenarannya. Beritasatucom

Baca Juga:  Meski Gencatan Senjata di Gaza, Yerusalem dan Tepi Barat Masih Memanas

Pos terkait