Antar Megalit ke Panggung Dunia, Berharap Pengakuan UNESCO 

Pengunjung melihat Arca Tadulako yang berdiri kokoh di atas padang rumput yang dikelilingi perbukitan kecil di Desa Doda, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu 25 Maret 2023. Pemerintah Sulteng telah mencanangkan Negeri Seribu Megalit. Seluruh situs megalit berumur kurang lebih 3.000 tahun termasuk Araca Tadulako diharapkan bisa ditetapkan sebagai cagar budaya warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Foto : Taufan Bustan / Karebanews.id

PEMERINTAH Sulawesi Tengah, telah mencanangkan Negeri Seribu di provinsi itu. Megalit yang tersebar di Lembah , , dan Palu tersebut diharapkan bisa ditetapkan sebagai cagar budaya warisan dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). 

Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura mengatakan, dengan pencanangan ini, momentum besar bagi Sulteng mendeklarasikan keberadaan megalit ke panggung dunia.

“Kita antar megalit yang ada sejak 3.000 tahun lalu itu ke panggung dunia, agar dapat ditetapkan sebagai Cagar Budaya Warisan Dunia oleh UNESCO,” terangnya dalam siaran pers yang diterma Karebanews.id di Palu, Rabu 11 Oktober 2023. 

Baca Juga:  BerAmal Nomor 1, Ahmad Ali Imbau Jangan Menjelekan Pasangan Lain

Seusai pencanangan yang dilaksanakan di Lembah kawasan Situs Palindo, Kolori, Kecamatan Lore Barat, pada Selasa 10 Oktober 2023, Rusdy mengaku, akan memperbaiki jalan penghubung ke seluruh titik situs megalit sehingga bisa mempermudah akses wisatawan. 

“Perbaikan jalan itu perlu dilakukan khususnya untuk menghubungkan tiga lembah di kawasan Tampo Lore yakni Lembah Bada, Lembah Besoa, dan Lembah ,” imbuh Rusdy. 

Ketua Panitia Pencanangan Negeri Seribu Megalit, Rudi Dewanto menjelaskan, Sulteng dicanangkan sebagai Negeri Seribu Megalit untuk melestarikan situs-situs megalit yang ada di Poso, Sigi, Palu, dan beberapa wilayah lainnya.

Baca Juga:  Ribuan Orang Berunjuk Rasa Akibat Inflasi-Kelaparan Melonjak di Argentina

Dengan pencanangan itu, lanjutnya, diharapkan juga bisa meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga situs megalit, pengembangan , pemberdayaan masyarakat, peningkatan kolaborasi, serta promosi pendidikan.

“Oleh karena itu kami mendorong agar bisa ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO,” tandasnya. 

Potensi tinggalan arkeologis di kawasan cagar budaya Lore-Lindu secara kuantitas berhasil diidentifikasi sebanyak 2007 buah yang terdiri dari 26 jenis artefak yang tersebar pada 118 situs di empat kawasan yang berbeda. 

Di Kawasan Lembah Bada terdapat 35 situs, Lembah Besoa 32 situs, Lembah 29 situs, Lembah Palu dan Danau Lindu 22 situs.

Tinggalan arkeologis terbanyak ditemukan yakni, di Lembah Besoa sebanyak 825 buah. Kemudian, Lembah Napu sebanyak 752 buah, Lembah Palu dan Lindu sebanyak 244 buah serta di Lembah Bada sebanyak 186 buah. DatSaja

Baca Juga:  Faperta Untad Dampingi Masyarakat Budidayakan Melon Hidroponik

Pos terkait