SEBANYAK 2.500 orang, terdiri dari pasien, staf medis dan 32 bayi kritis meninggalkan Rumah Sakit Al Shifa di Gaza utara pada Sabtu 18 November 2023 pagi. Militer Israel mengaku mereka tak memerintahkan evakuasi, tetapi hanya membantu orang-orang yang ingin meninggalkan fasilitas medis tersebut.
Juru bicara otoritas kesehatan di Gaza, Medhat Abbas mengatakan, militer Israel hanya memberi waktu satu jam untuk mengeluarkan ribuan orang dari RS Al Shifa karena akan membersihkan fasilitas tersebut.

Evakuasi massal pada Sabtu digambarkan oleh Israel sebagai tindakan sukarela. Namun digambarkan oleh beberapa orang yang keluar dari Al Shifa sebagai tindakan paksa.
“Kami pergi dengan todongan senjata,” kata Mahmoud Abu Auf kepada The Associated Press melalui telepon setelah dia dan keluarganya meninggalkan rumah sakit itu.
“Tank dan penembak jitu ada dimana-mana, di dalam dan di luar,” ujarnya.
Tim PBB yang berkunjung ke RS Al Shifa setelah evakuasi terjadi mengatakan, ada 25 staf medis masih tersisa, bersama dengan para pasien. WHO mengatakan bahwa dalam 24-72 jam ke depan jika kondisi aman, akan ada lebih banyak tim yang datang untuk membawa 291 pasien luka parah dan bayi-bayi dalam kondisi kritis mengungsi ke pusat medis Nasser dan Rumah Sakit Gaza Eropa di Gaza selatan.
Menurut WHO sebanyak 25 rumah sakit di Gaza tidak berfungsi karena kekurangan bahan bakar, kerusakan dan masalah lainnya. Sisanya sebanyak 11 rumah sakit hanya beroperasi sebagian.
Israel mengatakan rumah sakit di Gaza utara adalah target utama serangan daratnya, dan mengklaim bahwa rumah sakit tersebut digunakan sebagai pusat komando milisi dan gudang senjata Hamas. Beritasatucom