PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) melaksanakan 12 titik proyek pembangunan pembangkit terbarukan di Sulawesi Tengah sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL ) 2021-2030.
Team Leader Mapping Data, Jaringan dan Pelanggan PLN area Palu Yusmar S mengatakan, 12 titik pembangkit sebesar
396 Megawatt (MW) itu tersebar di PLTMG Luwuk 40 MW (2023), PLTA Poso Peaker (2021), PLTM Tomata 10 MW (operasi 2022), PLTM Karo Kabalo 2,2 MW (operasi 2022),PLTU Palu 3 2 X 30 MW (2023), PLTM Koro Yaentu 10 MW (2024),PLTM Sulbagsel Tersebar 7,4 MW (2024).
PLTM Buleleng 1,2 MW (2024), PLTM Biak I 2 MW (2025), PLTM Biak II 1 MW (2025), PLTM Biak III 1 MW (2025), dan PLTM Halulai 1,2 MW (2028).
Menurutnya, PLN berkomitmen menuju carbon netral. Di mana, market sise utility di 2060 adalah 1.800 Terra Watt Hour (TWh), saat ini produksi listrik adalah 300 TWh, ditambah luncuran 120 TWh dari program 35 GW.
“Sehingga ada ruang 1.380 TWh, untuk penambahan kapasitas pembangkit EBT,” papar Yusmar dalam dialog Pengembangan Energi Baru Terbarukan Festival Media ke-2 Hijau 2023 di Taman Gor Palu, Senin 11 Desember 2023.
Ia menjelaskan, porsi kapasitas PLTU di turunkan sejak 2020. Upaya retirement pembangkit fosil dimulai 2030 dan secara signifikan turun jumlahnya pada 2040 mengikuti selesainya kontrak pembangkit tersebut.
Sementara pembangkit nuklir masuk pada 2040 untuk menjaga keandalan sistem seiring perkembangan teknologi nuklir yang semakin aman.
“Phase out seluruh pembangkit PLTU batu bara pada 2056 karena sudah tergantikan oleh EBT,” ucap Yusmar.
Mendatang, lanjutnya, pengembangan pembangkit EBT akan mengalami peningkatan besar-besaran mulai 2028.
“Dikarenakan kemajuan teknologi baterai semakin murah,” beber Yusmar.
Ia menambahkan, pada 2040 pengembangan EBT akan naik secara eksponensial. Dan pada 2045 porsi EBT sudah mendominasi total pembangkit di Indonesia.
“Dekade berikutnya seluruh pembangkit listrik di Indonesia berasal dari EBT,” tandasnya. DatSaja