Dinkes Sulteng: Penurunan Stunting harus Kolaborasi Lintas Sektor

KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah I Komang Adi Sujendra mengatakan bahwa dalam upaya percepatan penurunan stunting di daerah itu melibatkan kolaborasi serta partisipasi lintas sektor.

“Dalam upaya penurunan stunting, kami melakukan kolaborasi dan kerja sama dengan seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan terkait,” kata I Komang Adi Sujendra usai kegiatan monitoring evaluasi ‘KKN Asyik Fasilitator Edukasi dan ‘ atau KAFE OM yang diselenggarakan oleh di Kota Palu, Rabu.

Menurut dia, berdasarkan survei status gizi (SSGI) tahun 2022, angka prevalensi stunting di Sulawesi Tengah mencapai 28,2 persen, angka ini menurun 1,5 persen dari tahun 2021.

Ia menjelaskan bahwa stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya status kesehatan remaja, ibu hamil, pola makan balita, serta , budaya, maupun faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan.

Selain itu, stunting juga sangat berhubungan dengan asupan gizi karena apabila asupan gizi baik maka pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akan menjadi normal, begitu pula sebaliknya.

Sehingga untuk membantu percepatan penurunan stunting, sektor yang bergerak pada bidang kesehatan, gizi, pendidikan, sanitasi, dan sektor-sektor lainnya bekerja bersama-sama dalam harmoni untuk mencapai target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024.

“Seperti dari Dinas mengintervensi dengan memberikan bantuan tunai, BKKBN terlibat dalam membentuk keluarga berencana, Dinas P2KB dalam perubahan pola perilaku masyarakat dan Dinas pada kecukupan , civitas akademika membantu dalam edukasi dan sosialisasi serta beberapa sektor lainnya,” kata dia.

Ia mengatakan berdasarkan Peraturan RI Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, sasaran percepatan penurunan stunting meliputi balita, ibu hamil, remaja puteri, dan calon pengantin, karena stunting sangat erat kaitannya dengan kejadian anemia pada ibu hamil dan remaja putri.

Oleh karena itu, kata dia, upaya – upaya intervensi lainnya terus digencarkan seperti melakukan pemantauan penimbangan rutin setiap bulan pada melalui posyandu.

Selain itu, pemberian tablet tambah darah kepada sejumlah sasaran seperti anak sekolah remaja, calon pengantin, dan ibu hamil juga menjadi upaya pencegahan stunting pada anak.

Selanjutnya, masyarakat juga diberikan edukasi pola asuh yang baik dan layak kepada anak-anaknya, serta mampu menjaga lingkungan yang baik sehingga ke depan seluruh keluarga di Sulteng mampu menghasilkan generasi yang hebat.

“Oleh karena itu, semua sektor harus berkolaborasi untuk hidup yang lebih baik dalam melahirkan Generasi Emas 2045,” kata Adi. Antaranews

Baca Juga:  Bertambah Lagi, Sudah 18 Korban Jiwa Kebakaran Tungku Smelter di Morowali 

Pos terkait