TIM investigasi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Republik Indonesia, telah berada di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk mengusut peristiwa kebakaran tungku pengeloahan nikel yang mengakibatkan 62 korban di kawasan industri nikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sulteng, Arnold Firdaus mengatakan, tim Kemnaker sudah bergabung bersama tim Disnakertrans di Morowali.
“Kemarin tim kami sudah berangkat ke sana (Morowali). Hari ini (kemarin,red) juga tim Kemnaker akan bergabung,” terangnya di Palu, Senin 25 Desember 2023.
Menurut Arnold, dalam kunjungan ke Morowali Kemnaker dan Disnakertrans akan melakukan investigasi untuk mengetahui persis apa penyebab kecelakaan kerja di PT ITSS.
“Tentu kasus ini akan diusut dan kami telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” katanya.
Banyak pihak menduga terjadi human error di lokasi kejadian. Namun Arnold menegaskan, semua kemungkinan bisa saja menjadi penyebab, tetapi harus diputuskan melalui proses penyeledikan terlebih dahulu.
“Dugaan human error, mungkin yah, tapi kita perlu investigasi untuk mentahui secara pasti,” ungkapnya.
Arnold menjelaskan, dalam peristiwa kecelakaan kerja ada tiga faktor yang bisa menjadi penyebab. Pertama lingkungan yang tidak mendukung, kedua human error pekerja, dan ketiga peralatan yang bermasalah.
“Nah ketiga faktor itu menjadi fokus investigasi tim di lokasi kejadian,” paparnya.
Sejauh ini, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di kawasan industri PT ITSS dan secara umum di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sudah cukup baik.
Namun yang menjadi problem di Indonesia, kata Arnold, khususnya pada smelter nikel yang menggunakan alat berat dan raksasa apa lagi perusahaan metal, rakan terjadi kecelakaan kerja.
“Memang faktor kecelakaan kerja sangat rawan dan sulit dihindari, Tapi kami selalu menekankan jangan sampai ada korban jiwa kepada PT IMIP dan seluruh tenantnya di dalam kawasan industri itu,” sebutnya.
Sejauh ini, lanjut Arnold, pihaknya secara periodik memantau aktivitas di kawasan industri PT IMIP. Bahkan, koordinasi yang dibangun bersama mitra di PT IMIP terus berjalan.
“Koordinasi itu dilakukan agar penanganan K3 lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga bisa terhindar dari kecelakaan kerja yang mematikan. Cuman memang tidak setiap hari kami pantau,” ujarnya.
Pasca insiden ini, kegiatan pengolahan nikel di lokasi kejadian PT ITSS dihentikan sementara.
Pun demikian, secara umum aktivitas pekerja khususnya di bidang pengoperasian smelter tetap berjalan.
“Kalau namanya smelter tidak bisa dihentikan karena itu akan menimbulkan kesulitan untuk mengulanginya lagi operasi lain. Karena namanya smelter harus terus berjalan,” kata Arnold.
Kedepan, Arnold berharap, penanganan kecelakaan kerja di kawasan industri nikel harus melibatkan lintas sektor. Di mana, Kementerian Perindustrian, Kementerian BKPM, Menkomarvest, Kemenaker, dan juga KLHK harus terlibat.
“Lintas sektor harus turun. Karena ini berkaitan semuanya. Karena saya lihat faktor lingkungan berpengaruh juga di sana. Khususnya di seputaran lokasi PT IMIP yang sering macet, ketika orang mau pergi dan pulang kerja. Itu sangat macet bisa sampai dua jam. Nah faktor kelelahan itu saya khawatir bisa menimbulkan kelelahan pekerja sehingga menyebabkan insiden dan human error,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, kecelakaan kerja terjadi di pabrik pengolahan nikel milik PT ITSS di kawasan industri nikel Kabupaten Morowali, Minggu (24/12). 62 pekerja menjadi korban dalam peristiwa itu.
Dari jumlah tersebut, 16 pekerja meninggal dunia dan 46 lainnya terluka. Umumnya luka disebabkan karena terkena uap panas. Mediaindonesia.com/DatSaja