INDONESIA merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia yang menguasai pasar rotan sekitar 80 persen. Rotan menjadi salah satu bahan baku yang memiliki banyak manfaat.
Hal ini yang dimanfaatkan Hariono (42) untuk mengolah rotan menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah. Hariono merupakan owner dari Unique Lombok yang didirikan pada tahun 2010. Ia melihat adanya peluang besar dari potensi sumber daya rotan yang ada di kampung halamannya.
“Di kampung saya itu memang sentra kerajinan rotan sudah sejak lama. Tapi memang, dulu hanya dua sampai 3 bentuk saja. Kemudian saya coba untuk mengembangan desain bentuk sesuai tren di pasaran,” tutur Hariono saat di pameran INACRAFT 2023 di JCC, Senayan.
Dari Pekerja Menjadi Pengusaha
Sebelum memutuskan untuk menjadi pengusaha kerajinan rotan, Hariono pernah menjadi pegawai di salah satu usaha kerajinan rotan punya keluarga yang ada di Bali.
“Tahun 2004-2007 saya bekerja di toko Ratna Artshop yang bertempat di Bali. Lalu pada tahun 2010 akhirnya saya coba untuk usaha sendiri,” ungkap Hariono.
Hariono memulai usaha Unique Lombok dari tahun 2010 dengan bermodalkan Rp5 juta dengan mengandalkan direct sell yakni langsung menjual ke sentra kerajinan seperti di Bali maupun Yogyakarta. Usaha tersebut diberi nama Unique Lombok karena produk kerajinan Unique Lombok memiliki ciri khas dan pola anyaman unik yang merupakan khas dari daerah Lombok.
Tantangan dan Menipisnya Sumber Daya Rotan di Lombok
Hariono mengungkapkan, dirinya sempat mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku rotan. Ini karena sumber daya rotan semakin menipis seiring berjalannya waktu.
“Untungnya kita ada pemasok rotan dari tetangga kita, yakni Sumbawa dan sebagian dari Nusa Tenggara Timur (NTT),” lanjut Hariono.
Bukan hanya itu, banyaknya pesaing merupakan tantangan yang dihadapi oleh Hariono dalam menjalankan usaha Unique Lombok. Tak berdiam diri, Hariono tersebut melakukan differensiasi produk dengan menambah ciri khas dan pembeda, baik dari desain atau model dibandingkan kompetitor. Selain itu, ongkos kirim ke luar negeri juga menjadi hambatan Hariono dalam menjalankan usahanya. Bahkan, banyak konsumen loyalitas luar negeri yang mengeluhkan tingginya ongkos kargo ke negara tujuannya.
Berdayakan 200 Pengrajin
Di Lombok, khususnya di Kampung Hariono terdapat banyak sekali pengrajin rotan. Mayoritas para pengrajin merupakan ibu rumah tangga yang menganyam hanya sekadar mengisi waktu luang ketika pulang dari bertani atau berkebun.
“Di kampung saya itu ada ribuan pengrajin rotan. Di sana masyarakatnya kreatif-kreatif. Meskipun demikian, saya biasanya hanya mengambil produk dari 100-200 pengrajin saja sesuai dengan kebutuhan kita,” jelasnya.
Ekspor Luar Negeri Produk Unique Lombok sudah sejak dahulu melakukan ekspor ke berbagai negara. Bukan hanya itu, produknya juga sangat diminati oleh pasar ekspor.
“Dulu saya sebagai pihak ketiga dalam kegiatan ekspor. Biasanya kita memasok ke para eksportir seperti di daerah Bali dan Yogyakarta. Cuma setelah ada pameran-pameran internasional saya bisa dapat konsumen dari luar negeri dan bisa ekspor langsung, ada 3 negara yang rutin membeli produk kita, seperti Korea, Brazil, dan Jepang,” jelas Hariono.
Selain itu, Hariono juga memanfaatkan landing page dan platform etsy sebagai usaha untuk dapat memperluas pasar ekspornya. “Kalau keadaan stabil seperti ini, saya bisa dapat Rp 50 juta dalam sebulan, itu digabung dengan toko kita yang ada di Sarinah sejak tahun 2017,” pungkasnya. Kompascom